BatikKuy

Kenali & Deteksi Jenis Batik dengan mudah

Masih bingung dengan banyaknya jenis batik di Indonesia terutama batik Yogyakarta? Atau kurang mengetahui filosofi yang ada pada jenis batik tersebut?

Gunakan BatikKuy sebagai platform yang membantu kalian dalam mengenali dan mengklasifikasikan jenis motif batik dengan mudah

Temukan jenis motif batik, lakukan deteksi sekarang!

Deteksi Batik

Tentang BatikKuy

Jelajahi motif batik Yogyakarta dan temukan maknanya!

BatikKuy merupakan platform digital yang menyediakan layanan klasifikasi dan deteksi 10 jenis motif batik Yogyakarta. Adapun 10 motif tersebut diantaranya Batik Parang Rusak, Batik Kawung, Batik Sidomukti, Batik Ceplok Kasatrian, Batik Ciptoning, Batik Wahyu Tumurun, Batik Nitik, Batik Slobog, Batik Pamiluto serta Batik Semen. Platform ini menggunakan teknologi website yang telah terintegrasi dengan sistem pemodelan machine learning sebagai pendeteksi jenis batik.

Lakukan deteksi dengan membuka kamera atau menggunggah gambar, website BatikKuy akan menganalisis dan memberikan informasi mengenai jenis motif batik tersebut! Baca juga informasi terkait filosofi agar kamu mengetahui makna pada batik di Indonesia. Kenali jenis batik dan semoga kalian dapat berperan dalam pelestarian batik Indonesia ya!

Filosofi

gambar gagal dimuat

Filosofi Batik Ceplok

Batik Ceplok merupakan motif batik tradisional Indonesia yang dikenal dengan pola geometris khas yang menyerupai susunan kotak atau persegi, mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. Motif ini berasal dari Yogyakarta, dengan pusat produksi utama di Kotagede, dan telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Kata "ceplok" berasal dari Bahasa Jawa yang berarti "sekuntum" dan menggambarkan pola hiasan batik yang terdiri dari satuan-satuan terpisah. Terinspirasi oleh ornamen dinding candi dengan corak Hindu dan Buddha, motif Ceplok mencerminkan keteraturan dan keseimbangan dalam kehidupan. Pola yang berulang ini melambangkan "grampol," atau kumpulan segala hal yang baik dalam filosofi Jawa. Biasanya pakaian dengan Motif Batik Ceplok sering kali digunakan dalam acara-acara resmi seperti pernikahan,atau acara budaya.

gambar gagal dimuat

Filosofi Batik Ciptoning

Nama dari batik Ciptoning sendiri berasal dari kaya “cipta bening” atau “cipta hening” yang artinya cipta yang murni, tidak tercampur dengan keinginan dan nafsu duniawi yang dianggap kotor. Batik ciptoning dibuat dengan pola ceplok berupa geometris yang berulang dan saling berhubungan. Motif batik ciptoning tersusun dari perpaduan beberapa ornamen seperi wayang, parang, garuda burung, dan isen-isen. Batik ciptoning menceritakan Arjuna, sosok ksatria berparas menawan dalam kitab Mahabhrata. Dahulu motif Ciptoning dipakai oleh ksatria atau pejabat keraton Yogyakarta. Harapannya adalah para pemakai dapat lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan memberi teladan bagi masyarakat.

gambar gagal dimuat

Filosofi Batik Kawung

Motif Kawung adalah salah satu motif batik tradisional Indonesia yang kaya akan makna dan simbolisme. Melalui pola yang teratur dan simetris, motif ini mengajarkan nilai-nilai kehidupan seperti keseimbangan, kemurnian, dan kreativitas. Sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia, motif Kawung terus dilestarikan dan dihargai sebagai simbol identitas dan kebanggaan bangsa. Salah satu variasinya adalah Batik Kawung Garuda khas Yogyakarta, yang terinspirasi dari biji-bijian kawung yang melambangkan kesuburan dan kelimpahan. Di tengah motif ini terdapat gambar burung garuda, lambang keagungan, keberanian, dan kebebasan. Filosofi Batik Kawung Garuda mencerminkan makna-makna dalam kehidupan seperti kesuburan dan kelimpahan yang mengajarkan pentingnya berbagi rezeki dan memelihara lingkungan. Garuda, sebagai simbol keagungan dan keberanian, mengajarkan kita untuk menghadapi tantangan dengan keberanian. Motif ini juga melambangkan kebebasan, menginspirasi kita untuk memiliki jiwa yang bebas dari belenggu dalam mencapai tujuan hidup. Selain itu, Batik Kawung Garuda dapat menjadi simbol keteladanan, mengingatkan kita untuk berperilaku mulia dan bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.

gambar gagal dimuat

Filosofi Batik Nitik

Batik Nitik, yang namanya berasal dari kata "titik," terinspirasi dari kain patola namun memiliki makna mendalam yang menyiratkan hubungan manusia dengan Tuhan. Meskipun didominasi oleh titik-titik, motif Batik Nitik juga mencakup ragam hias ceplokan yang tersusun rapi, menciptakan pola geometris yang indah seperti segi empat, balok-balok kecil, dan garis-garis yang dipadukan dengan titik-titik. Selain itu, motif tanaman seperti bunga, daun, atau sulur-sulur, biasanya dalam warna gelap, turut memperkaya desainnya. Hingga kini, terdapat 79 motif batik dan 5 motif dasar Batik Nitik khas Bantul, Yogyakarta. Pada masa Kesultanan Hamengkubuwono VII, Batik Nitik digunakan oleh orang-orang dalam keraton. Namun, saat ini masyarakat di luar keraton Yogyakarta juga dapat menggunakan Batik Nitik, menjadikannya lebih aksesibel bagi semua orang.

gambar gagal dimuat

Filosofi Batik Parang Rusak

Batik Motif Parang berasal dari kata "karang" atau batu karang, dengan pola dasar lilitan berbentuk huruf S yang menggambarkan garis menurun secara diagonal dengan kemiringan 45 derajat. Batik ini merupakan ragam hias larangan yang hanya boleh dipakai oleh raja dan kerabatnya. Ukuran motif Parang juga mencerminkan status sosial pemakainya dalam lingkup kerajaan. Salah satu variasinya, Parang Rusak, tercipta ketika Panembahan Senopati terinspirasi oleh ombak besar yang menghantam karang saat beliau bermeditasi di Pantai Selatan. Motif Parang Rusak menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam upaya memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan, maupun mempererat pertalian antar saudara. Motif ini juga menjadi hadiah dari generasi ke generasi muda para bangsawan, simbol agar anak melanjutkan perjuangan leluhurnya. Garis lurus diagonal pada batik Parang Rusak melambangkan rasa hormat, keteladanan, serta ketaatan pada nilai-nilai kebenaran. Selain itu, motif ini biasa digunakan oleh prajurit setelah perang untuk memberitahu raja bahwa mereka telah menang.

gambar gagal dimuat

Filosofi Batik Pamiluto

Ciri khas dari pola tambal sulam Pamiluto adalah adanya pola geometris yang khas di sisi segitiga atas. Sedangkan pada bagian bawah motifnya terdapat motif bunga yang disusun secara teratur. Pola ini sering digunakan dalam upacara adat atau keraton. Namun tema ini bisa digunakan oleh siapa saja, tidak hanya keluarga kerajaan saja. Pamiluto berasal dari kata Pulut yang artinya lengket. Dalam bahasa Jawa sering disebut kepilut, atau tertarik. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa pola ini diterapkan pada kain batik untuk menarik perhatian. Hal ini dipertegas dengan corak yang sangat berbeda yang membentuk batik ini.Banyaknya corak pada batik ini diyakini melambangkan keragaman budaya di Indonesia. Batik Pamiluto sering digunakan oleh orang tua perempuan pada saat pertunangan.Dipercayai bahwa menggunakan batik dapat menciptakan hubungan antara perempuan dan laki-laki

gambar gagal dimuat

Filosofi Batik Semen

Motif Semen adalah nama sebuah motif Batik kuno, dikatakan kuno karena sejak tahun 1940-an pun motif ini sudah dikenal. Kata “semen” dalam bahasa Jawa mempunyai arti “semi” atau “berseminya tanaman”. Karena itu pada motif ini terdapat banyak unsur tanaman yang mulai bersemi atau tumbuh. Semua motif Batik Kuno atau Klasik dipercaya ditulis dengan kalam canting dan tinta malam diiringi doa dan puasa atau berserah diri. Agar semua perlambang yang diterjemahkan pada selembar kain yang dibatik mempunyai makna dan mudah-mudahan diperkenankan oleh Yang Maha Kuasa

gambar gagal dimuat

Filosofi Batik Sidomukti

Kain Batik Sido Mukti terkenal dengan motif yang mencerminkan keindahan alam dan kehidupan sehari-hari. Sido Mukti, yang berarti kebahagiaan dan keberuntungan, diwujudkan dalam pola geometris, bunga, dan hewan-hewan kecil yang memikat. Warna-warna cerah seperti merah, biru, dan kuning tidak hanya estetis, tetapi juga memiliki makna filosofis mendalam. Misalnya, merah melambangkan keberanian, biru ketenangan, dan kuning keceriaan. Motif bunga melambangkan kehidupan yang indah, motif geometris mencerminkan ketenangan dan ketertiban, sementara motif hewan seperti burung dan kura-kura melambangkan kebebasan dan kebijaksanaan. Kain Batik Sido Mukti menggabungkan tradisi dengan inovasi modern dalam warna, desain, dan teknik pembuatan, sehingga tetap relevan di zaman sekarang. Selain sebagai pilihan busana, kain ini juga merupakan warisan budaya yang membawa nilai-nilai dan kebijaksanaan leluhur, menginspirasi generasi mendatang. Dengan motif dan warnanya yang indah, kain ini tidak hanya menyenangkan mata tetapi juga menyentuh hati dan jiwa pemakainya, membuka jendela menuju kebijaksanaan hidup yang abadi.

gambar gagal dimuat

Filosofi Batik Slobog

Kepopuleran batik di tengah masyarakat tidak selalu diiringi dengan pemahaman tentang arti setiap motifnya. Beberapa orang bahkan tanpa sengaja menggunakan motif slobok pada acara pernikahan atau syukuran, padahal hal ini dianggap tabu. Motif batik slobok sebenarnya hanya digunakan untuk melayat orang yang meninggal, dan juga untuk menutupi jenazah atau sebagai alas peti jenazah, karena motif ini memiliki makna khusus yang ditujukan bagi orang yang meninggal dunia. Kata "slobok" berasal dari bahasa Jawa "lobok" yang berarti longgar, yang mengandung harapan agar jenazah mendapatkan kelonggaran atau kemudahan saat menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Motif slobok memiliki corak kotak-kotak geometris dengan dua garis diagonal pemisah yang membentuk empat potongan segitiga, di mana setiap segitiga memiliki bulatan dengan enam titik kecil yang mengelilinginya. Motif ini melambangkan siklus kehidupan manusia yang berlanjut setelah kehidupan di dunia, sehingga batik slobok digunakan untuk menghantarkan jenazah ke pemakaman sebagai simbol penghantaran arwah ke kehidupan setelah dunia.

gambar gagal dimuat

Filosofi Batik Wahyu Tumurun

Batik "Wahyu Tumurun" memiliki arti nama yang mendalam. "Wahyu" berasal dari bahasa Arab yang berarti "pesan ilahi" atau "pengetahuan yang diberikan oleh Tuhan", sedangkan "Tumurun" berasal dari bahasa Jawa yang berarti "turun" atau "menurun". Secara harfiah, "Wahyu Tumurun" dapat diartikan sebagai pengetahuan atau pesan yang turun dari Tuhan. Kain batik Wahyu Tumurun mengandung pesan-pesan spiritual atau filosofis yang mengajarkan nilai-nilai moral, kebijaksanaan, dan kebajikan yang dianggap penting dalam kehidupan manusia. Pesan-pesan dalam batik Wahyu Tumurun bervariasi tergantung pada motif dan simbol yang terdapat dalam kain tersebut. Beberapa di antaranya adalah pesan tentang kesucian dan kebijaksanaan, pentingnya menjaga kesucian dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, keseimbangan dan harmoni, pentingnya menciptakan keseimbangan dalam kehidupan, ketekunan dan kehandalan, pentingnya bekerja keras dan bertanggung jawab, kesinambungan dan warisan budaya, pentingnya melestarikan tradisi nenek moyang, serta kesadaran spiritual berupa hubungan yang mendalam dengan Tuhan untuk membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih bermakna dan penuh kebijaksanaan.